Mereka tertarik ke Gereja Kwitang, antara lain karena Pdt. L. Tiemersma mengundang mereka untuk mengikuti kebaktian dalam bahasa Melayu di gedung Hollandseh Indisehe School (HIS) di samping rumahnya di Gang Chasse No 5 (kini Jl. Kemakmuran). Setelah kelompok ini berpindah-pindah (Sawah Besar; lalu HIS di belakang Gereja Kwitang), akhirnya mereka membentuk suatu jemaat sendiri (1919).
Setelah memperoleh seorang pendeta (1922), diusahakan tanah dan dana
untuk membangun gereja. Sumbangan pertama diberikan oleh Ny. Pdt. Gouw
Khiam Kiet dari Gereja Patekoan. Akhirnya, dana sudah mencukupi dan
istri Walikota Batavia meletakkan batu pertama (1931). Pembangunan
gereja sederhana cepat selesai dan dibuka pada tahun 1932 dan sampai
Perang Dunia II menjadi pusat Distrik IX HKBP. Setelah tahun 1950 begitu
banyak orang Batak pindah ke Ibukota, sehingga Gereja Kernolong kurang
luas, walaupun sudah di-pugar. Maka, sejak tahun 1955 digunakan
tempat-tempat lain juga. Pada tahun 1960-an sudah terdapat enam belas
jemaat HKBP di Jakarta. Pada tahun 2002, gereja ini dipugar secara
menyeluruh.
Hits: 3928 (JMart)
Post a Comment