Recent Post

Headlines News :
Home » » PEMAHAMAN MUJIZAT MENURUT KEYAKINAN KRISTEN

PEMAHAMAN MUJIZAT MENURUT KEYAKINAN KRISTEN

Written By Seksiamakernolong on Sunday, June 23, 2019 | 4:43:00 PM

Minggu 23 Juni 2019, 16.36 wib,
Mengapa di HKBP tidak pernah dibahas tentang Mujizat ?

Kutipan dibawah mengetengahkan teolog Kristen yang percaya bahwa mujizat masih ada pada zaman ini dan kutipan kedua dari teolog Protestan Injili yang tidak menyangkali akan kuasa Allah mengadakan mujizat masa kini tetapi juga dengan peringatan agar kita umat Kristen tetap waspada karena setan juga masih aktif bekerja mampu mengerjakan mujizat juga untuk menyesatkan umat Kristen. Selamat Membacanya.
MUJIZAT DALAM PERSPEKTIF KRISTEN
Samuel T. Gunawan, SE.,M.Th
Seorang Teolog Protestan, Pendeta di GBAP Bintang Fajar Palangka Raya; Dosen Filsafat-Apologetika Kristen di STT AIMI, Solo.
Fecebook: Samuel T. Gunawan samuelstg09@yahoo.co.id)
Signifikansi pasal ini adalah menyajikan suatu pandangan yang mempertahankan eksistensi dan kontinuitas mujizat dan karunia mujizat. Sementara kesembuhan berhubungan dengan penyembuhan fisik, maka mujizat lebih luas lagi dari kesembuhan. Beberapa kasus kesembuhan yang disebutkan dalam Alkitab dapat dikategorikan sebagai mujizat. Misalnya, kesembuhan seorang lumpuh yang dilakukan oleh Yesus dalam Markus 2:1-12 adalah mujizat sehingga orang yang melihatnya berkata, “yang begini belum pernah kita lihat” (Markus 2:12).
Pada saat ini ada banyak pandangan dan tanggapan yang berbeda tentang mujizat yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga pandangan utama.[1]
(1) Pandangan Skeptis, yang menyangkali mujizat dapat terjadi. Mereka tidak mempercayai mujizat. Selain skeptiksesme, yang termasuk dalam pandangan ini antara lain, agnostisme, empirisme, naturalisme, rasionalisme, dan materialisme;
(2) Pandangan Sessasionis, yang percaya bahwa mujizat sebenarnya terjadi di Alkitab, tetapi Allah telah berhenti melakukan mujizat pada saat pewahyuanNya selesai dalam Firman Tuhan. Jadi menurut pandangan ini mujizat hanya berlaku bagi orang-orang yang hidup pada zaman Alkitab ditulis. Pandangan ini berpegang pada kepercayaan bahwa Allah masih tetap bekerja di dunia ini dengan cara yang supranatural tetapi tidak memberikan kuasa kepada manusia untuk melakukan mujizat;
(3) Pandangan Kontinusionis atau non-Sessasionis, yang menyatakan bahwa mujizat terjadi pada zaman Alkitab, tetapi juga masih terjadi sampai sekarang. Pandangan ini berpegang bahwa Allah masih memberikan karunia dan kuasa kepada orang percaya untuk melakukan mujizat. Ini adalah pandangan yang paling konsisten dengan Alkitab. Dan saya menyakini bahwa mujizat terjadi di zaman Alkitab dan tetap terjadi sampai saat ini.
Menurut beberapa pakar teologi, setelah konsili Karthago pada tahun 397 M bahwa kanon Alkitab telah dianggap selesai dan ditutup. Artinya tidak ada lagi penambahan buku pada 66 kitab dalam Alkitab. Kita yakin, bahwa tidak ada lagi buku-buku yang ditulis setingkat dengan Alkitab aslinya dalam hal pewahyuan dan inspirasi Allah. Tetapi, pewahyuan Allah itu sendiri masih tetap dinyatakan sampai saat ini, atau dengan kata, Allah masih mewahyukan dirinya sampai hari ini. Berdasarkan pemahaman terhadap pewahyuan umum dan pewahyuan khusus dimana Tuhan menyatakan diri dan kehendakNya kepada manusia, kita dapat yakin bahwa pewahyuan Allah sendiri masih terjadi sampai saat ini. Pewahyuan itu diantaranya melalui alam semesta, melalui Alkitab, melalui Kristus, melalui gereja, dan melalui mujizat-mujizat. Itu berarti menegaskan kembali bahwa mujizat masih terjadi sampai saat ini.
Kenyataan bahwa adanya mujizat-mujizat palsu (tiruan dari setan) bukan berarti kita menolak semua mujizat yang terjadi atau menganggapnya semua mujizat adalah palsu. Sebaiknya diuji dulu, setidaknya dengan dua tolok ukur yaitu: pertama, sesuai atau tidak bertentangan dengan Alkitab; kedua, dari buahnya yang membawa kemuliaan bagi Kristus.
MENDEFINISIKAN MUJIZAT
Saat ini kata mujizat sering digunakan secara tidak tepat. Contoh : misalnya, tendangan bola Ronaldo yang menghasilkan goal disebut ”mujizat” oleh para suporter-nya. Padahal jika diperhatikan itu bukan mujizat karena tendangan ini dihasilkan oleh latihan dan disiplin selama bertahun-tahun. Kata ”mujizat” disini merupakan ungkapan rasa kagum yang spontan dari para pendukung sang striker yang selalu menggunakan kostum nomor 9 ini. Tetapi jelaslah bahwa ini bukanlah mujizat. Ada juga yang memahami bahwa mujizat adalah peristiwa-peristiwa yang biasa tetapi memberi kesan yang mendalam. Contoh: Misalnya kita menyebut kelahiran seorang bayi sebagai suatu mujizat. Terbit dan terbenamnya matahari sebagai suatu mujizat. Istilah mujizat dalam kasus-kasus seperti ini menunjukkan hal-hal yang biasa, yang disebabkan oleh penyebab yang luar biasa, yakni kuasa Allah.[2]
Kemudian, ada juga yang memahami mujizat sebagai tindakan Allah yang melawan hukum alam. Mujizat disini merupakan penggunaan istilah dalam bentuk teknis. Contoh: Musa membelah laut Teberau atau mengubah air yang pahit di Mara menjadi manis. Yesus mengubah air menjadi anggur, atau membangkitkan Lazarus dari kematian. Semua merupakan contoh bagaimana Allah bekerja melawan hukum alam yang diciptakanNya. Semua peristiwa itu nyata, tetapi tidak ada penjelasan alamiah mengenai peristiwa-peristiwa itu. Semuanya mengkonfirmasikan kekuasaan Allah.[3] Jadi menurut pengertian ini mujizat merupakan intervensi supra alami ke dalam hukum-hukum alam. Inilah definisi beberapa ahli teologi yang dipengaruhi semangat rasionalisme.
Walaupun definisi pengertian yang terakhir di atas membantu kita dalam membedakan mujizat dengan yang bukan mujizat, tetapi definisi tersebut terlalu umum dan secara Alkitabiah definisi tersebut telah mengabaikan beberapa kebenaran penting. Tiga hal yang perlu digaris bawahi dari definisi seperti di atas, yaitu: (1) Mujizat yang menunjuk pada tindakan Allah yang melawan hukum alam; (2) Merupakan intervensi supra alami ke dalam hukum-hukum alam; (3) Tidak ada penjelasan alamiah mengenai peristiwa-peristiwa mujizat itu.
Jelaslah bahwa definisi tersebut di atas: (1) Mengabaikan keselarasan Tuhan dengan hukum-hukum alam yang dibuatnya, menjadikan Tuhan kontradiksi dengan hukum alamiah yang dibuatnya. Mereka lupa bahwa Tuhan yang membuat hukum-hukum alam adalah Tuhan yang melampaui hukum-hukum alam itu; (2) Tidak memadai sebab menganggap bahwa dunia dan hukum-hukam alam berlangsung dengan sendirinya dan Allah hanya kadang-kadang mengintervensi di dunia. Bukankah Alkitab mengatakan bahwa Alah terus menerus menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan (Ibrani 1:3); (3) Tidak memadai sebab tidak melibatkan Tuhan sebagai Pribadi pembuat mujizat. Pengertian ini mengasumsikan bahwa Tuhan tidak menggunakan sebab-musabab alamiah pada waktu Ia bekerja dengan cara yang tidak biasa atau yang menakjubkan, dan karena itu definisi ini mengasumsikan bahwa Tuhan hanya kadangkala campur tangan di dalam dunia ini. Akibatnya, mujizat-mujizat yang aktual diremehkan, menolak campur tangan Allah yang bekerja, dan pada akhirnya meningkatkan skeptisisme.[4]
1. Definisi Mujizat
Banyak orang berdebat mengenai apa sebenarnya mujizat itu, dan memulainya dengan jalan yang salah. Karena itu, pada saat mendefinisikan mujizat maka kita perlu memperhatikan kriteria Alkitabiah berikut ini : (1) Awali dengan gagasan bahwa Kristus menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan (Ibrani 1:3); Bahwa segala sesuatu ada di dalam Dia (Kolose 1:17); Bahwa Tuhan di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya (Efesus 1:11). (2) Definisi mujizat yang Alkitabiah didasarkan pada pemahaman mengenai tindakan pemeliharaan yang terus menerus (kontinuitas) dilakukan oleh Tuhan yang mengendalikan, melindungi, memelihara dan mengatur segala sesuatu. (3) Sebuah definisi tentang mujizat perlu kiranya mempertimbangkan terminologi Alkitab untuk kata mujizat itu sendiri. Ini adalah studi kata yang melibatkan ”eksegesis” dalam teologi. Bila memperhatikan terminologi Alkitabiah untuk kata mujizat seringkali menunjukkan kepada gagasan mengenai pekerjaan kuasa Allah yang membangkitkan kekaguman dan keterpesonaan manusia. Kata Ibrani ”ot” dan Yunani ”semeion” umumnya diterjemahkan dengan kata ”tanda”. Artinya sesuatu yang menunjuk kepada atau mengindikasikan sesuatu yang lain, terutama mengacu kepada mujizat, yang menujukkan adanya aktivitas dan kuasa Allah. Kata Ibrani “mopet” dan Yunani ”teras” diterjemahkan dengan kata ”keajaiban” yaitu suatu peristiwa yang menyebabkan orang kagum atau heran. Kata Ibrani ”gaburah” dan Yunani ”dunamis” diterjemahkan dengan mujizat atau pekerjaan yang berkuasa, artinya suatu tindakan yang memperlihatkan kuasa besar, terutama kuasa ilahi (mengacu pada mujizat).
Berdasarkan tiga kriteria di atas, maka definisi mujizat yang Alkitabiah seperti yang dinyatakan oleh Wayne Grudem adalah sebagai berikut: ”Mujizat adalah suatu aktivitas Allah yang kurang lazim (tidak umum) dimana Ia membangkitkan rasa terpesona dan ketakjuban manusia dan memberikan kesaksian tentang diriNya sendiri”. Definisi ini tampak konsisten dengan doktrin pemeliharaan Allah.[5] Definisi alternatif lainnya tentang mujizat antara lain: Millard J. Erickson membahas bentuk pemeliharaan Allah yaitu mujizat dan menyatakan, “yang dimaksudkan ini adalah tindakan-tindakan luar biasa atau menakjubkan oleh Allah yang jelas bersifat adikodrati. Mujizat berarti tindakan-tindakan adikodrati khusus dalam pemeliharaan Allah yang tidak dapat diterangkan dengan pola-pola alam yang biasa”.[6] Sementara itu Kevin J. Conner menyatakan bahwa kata mujizat berarti “suatu tindakan kuasa; suatu perbuatan adikodrati yang disebabkan oleh kuasa Allah”.[7]
2. Contoh Penggunaan Kata Mujizat
Seringkali kata ”tanda-tanda dan mujizat-mujizat” digunakan sebagai suatu ungkapan umum yang mengacu kepada mujizat (Keluaran 7:3; Ulangan 6:22; Mazmur 135:9; Kisah Para Rasul 4:30; 5:12; Roma 15:19, dan seterusnya. Kadangkala ketiga istilah ini dikombinasikan ”kekuatan-kekuatan dan tanda-tanda dan mujizat-mujizat” (Kisah Para Rasul 2:22), atau ”tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa” (2 Korintus 12:12; Ibrani 2:4). Berikut ini beberapa contoh ayat Alkitab Perjanjian Baru untuk penggunaan kata diatas. Kisah Para Rasul 4:22 “Sebab orang yang disembuhkan oleh mujizat itu sudah lebih dari empat puluh tahun umurnya” (kata Yunani untuk “disembuhkan oleh mujizat” dalam ayat ini adalah “to semeion touto tes iaseos” yang berarti “mujizat kesembuhan”). Kisah Para Rasul 5:12 “Dan oleh rasul-rasul diadakan banyak tanda dan mujizat di antara orang banyak” (kata Yunani untuk “banyak tanda dan mujizat” dalam ayat ini adalah “semeia kai terata”). Kisah Para Rasul 8:13 “Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama dengan Filipus, dan takjub ketika ia melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar yang terjadi” (Kata Yunani untuk kalimat “tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar” adalah “semeia kai dunameis”). Ibrani 2:4 “Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat (semeiois te kai terasin) dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan (dunamesin) dan karunia Roh Kudus (pneumatos hagiou merismois), yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya”. Disini mujizat dihubungkan dengan karunia Roh Kudus.
TUJUAN MUJIZAT-MUJIZAT
Millard J. Erickson menyebutkan tiga tujuan dari mujizat, yaitu (1) Untuk memuliakan Allah. Orang-orang yang menerima dan yang melihat mujizat-mujizat dalam Alkitab pada umumnya menanggapi dengan memuji Allah. Ini berarti bahwa apabila terjadi mujizat sekarang ini, kita harus memuji Allah sebagai sumber mujizat tersebut, bukan manusia yang hanya merupakan salurannya; (2) Menegakkan landasan adikodrati dari penyataan Allah yang sering menyertai mujizat itu. Mujizat seringkali muncul pada saat adanya pernyataan yang intensif. Hal ini dapat disaksikan dalam pelayanan Tuhan Yesus (misalnya, Lukas 5:24); (3) Untuk memenuhi kebutuhan manusia. Tuhan kita seringkali dikatakan tergerak oleh belas kasihan kepada orang yang memerlukan pertolongan dan menderita yang datang kepadaNya (Matius 9:36; 14:14). Dia menyembuhkan mereka untuk meringankan penderitaan yang disebabkan oleh penyakit kebutaan, kusta, pendarahan, dan lainnya. Tuhan tidak pernah mengadakan mujizat untuk maksud pribadi yaitu memamerkan kehebatan.[8]
Jeffrey Niehaus menyebutkan tiga tujuan mujizat, yaitu: (1) Ia mengadakan mujizat untuk memperlihatkan bahwa Ia Allah; (2) Ia mengadakan mujizat untuk tujuan penginjilan; (3) Ia mengadakan mujizat karena perasaan belas kasihan kepada umatNya.[9] Selanjutnya Jeffrey Niehaus menambahkan, “Lebih dari satu alasan inilah yang mungkin melatarbelakangi mujizat-mujizat tersebut”.[10]
Daftar lainnya tentang tujuan mujizat-mujizat disebutkan oleh Guillermo Maldonado sebagai berikut: (1) Mujizat-mujizat memberi kesaksian bahwa Yesus adalah Anak Allah (Yohanes 10:37-38); (2) Mujizat merupakan suatu kiasan kebenaran mengenai kerajaan Allah (Markus 8:23); (3) Mujizat meyakinkan orang-orang yang haus akan Allah untuk mencari Dia; (4) Mujizat, tanda-tanda dan kuasa memperluas dan menegakkan kerajan Allah di wilayah yang menentang (1 Tesalonika 1:5); (5) Mujizat, tanda-tanda dan kuasa membantu menanam gereja-gereja yang bertumbuh dan berdiri teguh (Kisah Para Rasul); (6) Mujizat, tanda-tanda dan kuasa membantu pemberitaan Injil diseluruh dunia (Matius 24:14); (7) Mujizat, tanda-tanda dan kuasa menantang pikiran orang-orang yang skeptis dan orang-orang yang bermusuhan dengan Injil; (8) Mujizat, tanda-tanda dan kuasa meneguhkan pemberitaan firman Tuhan (Markus 16:20); (9) Mujizat, tanda-tanda dan kuasa adalah bukti bahwa Yesus bangkit dari kematian dan hidup selamannya (Kisah Para Rasul 4:33).[11]
Sementara itu, Wayne Grudem menyebut lima tujuan dari mujizat-mujizat, yaitu: (1) Membuktikan kebenaran pemberitaan Injil (Kisah Para Rasul 8:6-8); (2) Memberi kesaksian bahwa Kerajaan Allah sudah datang dan sudah mulai memperluas hasil-hasilnya yang bermanfaat ke dalam kehidupan manusia (Matius 12:28: Lukas 4:18; 9:1-2; (3) Menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan (Matius 14:14; 20:30-34; Lukas 7:13); (4) Menghilangkan berbagai rintangan dan hambatan dalam pelayanan (Matius 8:15; Filipi 2:25-30; 1 Korintus 12:7; 14:4, 12, 26); (5) Untuk memuliakan Allah (Matius 9:8; Yohanes 9:3).[12]
Sepanjang sejarah umat manusia Allah telah mengungkapkan kuasa dan hadiratNya di dalam mujizat-mujizat yang terjadi. Berikut ini beberapa contoh yang disebutkan di Alkitab : Tulah-tulah yang terjadi di Mesir adalah mujizat (Keluaran 4-12); Terbelahnya laut Teberau, air pahit di Mara yang diubah menjadi manis adalah mujizat (Keluaran 14-15); Mana dari langit dan air dari batu karang adalah mujizat (Keluaran 16-17; 1 Korintus 10:1-6); Yesus mengubah air menjadi anggur, meneduhkan angin badai, membangkitkan Lazarus dari kematian, dan lainnya seperti yang tertulis dalam empat kitab Injil adalah mujizat. (lihat kitab Matius, Markus, Lukas dan Yohanes); Mujizat-mujizat yang dilakukan oleh murid-murid Kristus, Rasul Paulus dan orang percaya seperti yang tertulis dalam kitab Kisah Para Rasul; Dan lain-lain yang disebutkan dalam Alkitab.
Alkitab adalah sebuah buku yang berisi mujizat-mujizat yang tercatat dari Kitab Kejadian sampai dengan Kitab Wahyu. Dan mujizat terbesarnya adalah kebangkitan Kristus. Adapun tujuan dari mujizat-mujizat itu adalah : (1) Menyatakan kehendak, kedaulatan, kekuasaan dan kemuliaan Allah; (2) Menuntun manusia agar berpaling dari berhala kepada Allah; (3) Menguatkan keyakinan dan kepercayaan orang percaya kepada Allah; (4) Menyatakan belas kasih dan kepeduliaan Allah kepada manusia, serta memberkati umatNya; 5) Menyatakan tindakan pemeliharaan yang terus menerus (kontinuitas) dilakukan oleh Tuhan yang mengendalikan, melindungi, memelihara dan mengatur segala sesuatu.[13]
MUJIZAT-MUJIZAT DALAM ALKITAB
Alkitab tidak hanya hasil dari mujizat ilham, tetapi juga berisi catatan mengenai banyak mujizat. Sebagian besar dari 66 kitab kanonik mencatat atau menujuk pada beberapa mujizat. Sebagian besar mujizat ini diteguhkan oleh para saksi mata.
1. Mujizat- Mujizat dalam Perjanjian Lama
(1) Catatan mujizat yang dilakukan Musa. Kitab Keluaran dan Ulangan mencatat mujizat-mujizat besar yang dilakukan Musa, antara lain: Kesepuluh tulah di Mesir (Keluaran 4-13, terbelahnya laut Teberau (Keluaran 14-15), air yang keluar dari batu karang (Keluaran 16-17), dan penyembuhan orang-orang melalui iman dalam ular tembaga yang ditinggikan (Ulangan 21).
(2) Catatan mujizat yang dilakukan Yosua. Ada berbagai mujizat yang pernah terjadi pada masa kepemimpinan Yosua, antara lain: Sungai Yordan terbelah (Yosua 3-5), tembok Yerikho runtuh (Yosua 6), dan matahari berhenti bagi kemenangan Israel atas musuh-musuh mereka (Yosua 10).
(3) Catatan mujizat yang dilakukan Simson. Melalui Simson Allah pernah menyatakan mujizat, antara lain: Pembunuhan singa (Hakim-hakim 14:6), air dari tulang rahang keledai (Hakim-hakim 15:15), dan runtuhnya gedung pada kematian Simson (Hakim-hakim 16:30).
(4) Catatan mujizat-mujizat yang dilakukan Elia dan Elisa. Kitab Raja-raja mencatat mujizat-mujizat yang dilakukan dalam pelayanan Elia dan Elisa, antara lain: api turun dari langit (1 Raja-raja 18:16-39), Terbelahnya sungai Yordan (2 Raja-raja 2), Menyehatkan air (2 Raja-raja 2:21-22), Pelipagandaan minyak (2 Raja-raja 4:1-7), membangkitkan seorang anak (2 Raja-raja 4:8-35), mata kapak mengapung (2 Raja-raja 4:1-7), dan banyak lainnya.
(5) Catatan mujizat lainnya: Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang tidak terbakar dalam perapian yang menyala-nyala (Daniel 3); Daniel terpelihara dari keganasan singa ketika dilemparkan ke dalam gua singa (Daniel 6:10-23); Yunus yang terpelihara ketika berada dalam perut ikan selama tiga hari (Yunus 1-2).
2. Mujizat- Mujizat dalam Pelayanan Yesus[14]
Dari keempat kitab Injil kita bisa menemukan ada lebih kurang 40 catatan tentang mujizat Tuhan Yesus Kristus. Dari keseluruh catatan itu, dapat kita bagi dalam berbagai golongan atau jenis mujizat yang dilakukanNya : (1) Mujizat yang berhubungan dengan alam semesta : angin ribut diredakan (Matius 8:26,27) dan Yesus berjalan di atas air (Yohanes 6:16); (2) Mujizat yang berhubungan dengan pengusiran roh jahat (Matius 8:28-32; 9:32,33; 15:22-28; 17:14-18; Markus 1:23-27; 5:12,13); (3) Mujizat yang berhubungan dengan sakit penyakit : lumpuh (Matius 8:13; 9:6; Yohanes 5:9), tangan mati sebelah (Matius 12:13), bungkuk (Lukas 13:12), sakit pendarahan (Matius 9:22), busung air (Lukas 14:2), sakit panas atau demam (Matius 8:15), bisu (Matius 9:33), buta (Yohanes 9:1-33), tuli (Matius 11:5), kusta (Matius 8:3; Lukas 17:19), dan lain-lainnya; (4) Mujizat yang berhubungan dengan kematian : Lazarus (Yohanes 11:43,44), anak perempuan Yairus (Matius 9:18-26), anak janda di Nain (Lukas 17:12-15); (5) Mujizat lainnya : air jadi anggur (Yohanes 2:1-11), 5 roti dan 2 ikan untuk 5000 orang dewasa (Yohanes 6:1-14), memberi makan 4000 orang (Matius 15:32-39), pohon ara yang kering (Matius 21:18-22), uang logam di mulut ikan (matius 17:27), perahu yang penuh ikan (Lukas 5:1-11; Yoahanes 21:6); (6) Mujizat yang berhubungan dengan kebangkitanNya (Matius 28:6-7; Roma 1:4; 1 Korintus 15:4).
Begitu banyak mujizat yang dicatat yang dilakukan Kristus dalam catatan kitab Injil. Jelas sekali bahwa Tuhan Yesus melakukan mujizat bukan untuk memamerkan kehebatanNya dan untuk meninggikan diriNya. Jika kita memperhatikan dalam Matius 4:2-7; Lukas 4:3,4, ketika Yesus dicobai Iblis, dia menolak melakukan mujizat. Karena itu tujuan dari mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus adalah : (1) Menyatakan keilahianNya yang memancarkan kemuliaan Allah, dan agar murid-muridNya percaya kepadaNya (Yoahanes 2:11); (2) Mujizat tidak menyelamatkan manusia, tetapi dapat memimpin kepada iman yang sejati terhadap pribadi dan karya Allah (Yohanes 12:37); (3) Mujizat juga dapat menguatkan iman mereka yang sudah percaya kepada Tuhan Allah (Matius 8:27); (4) Mujizat Tuhan Yesus adalah bukti keilahianNya dan kuasaNya yang melampaui segala kuasa yang ada (Matius 28:18); (5). Mujizat Tuhan Yesus ialah tanda bahwa Dia Juruselamat yang sejati (Mesias), dan supaya manusia berdosa dapat beroleh hidup dalam namaNya (Yohanes 20:30,31).
3. Mujizat- Mujizat Dalam Pelayanan Para Rasul dan Gereja Mula-mula
Para Rasul membawa Kristus yang menampilkan berbagai mujizat penyembuhan dan pengusiran roh-roh jahat (Kisah Para Rasul 4:16-22; 15:12; 19:11), antara lain : (1) Mujizat dilaksanakan melalui Petrus (Kisah Para Rasul 3:1-8; 5:1-11, 15); (2) Mujizat melalui Filipus (Kisah Para Rasul 8:5-8); Mujizat melalui rasul-rasul (Kisah Para Rasul 5:12); dan mujizat Rasul Paulus (Kisah Para Rasul 19:11-12).
TENTANG KARUNIA MUJIZAT
Rasul Paulus dalam 1 Korintus 12:8-10 mendaftarkan sejumlah karunia rohani, “Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat (λόγος σοφίας-logos sophias), dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan (λόγος γνώσεως-logos gnōseōs). Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman (πίστις-pistis), dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan (ἰαμάτων-iamatōn). Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat (ἐνεργήματα δυνάμεων-energēmata dunameōn ), dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat (προφητείαν-prophēteian), dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh (διακρισεις πνευματων-diakriseis pneumatôn). Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh (γλωσσῶν-glōssōn), dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh (ἑρμηνεία γλωσσῶν-hermēneia glōssōn) itu”. Daftar ini menyebutkan sembilan macam karunia rohani, yaitu: kata-kata hikmat, kata-kata pengetahuan, karunia iman, kesembuhan, mengadakan mujizat, bernubuat, membedakan roh, berbahasa roh, menafsirkan bahasa roh. Dengan demikian, karunia mujizat merupakan satu dari sembilan macam karunia yang disebut daftar karunia rohani tersebut.
C. Peter Wagner mendefinisikan karunia mujizat sebagai berikut, “Karunia mujizat adalah kemampuan istimewa yang diberikan oleh Allah kepada beberapa anggota tubuh Kristus untuk bertindak sebagai perantara manusiawi. Melalui mereka Allah berkenan melakukan perbuatan-perbuatan yang berkuasa yang menurut pengamatan orang-orang yang menyaksikannya telah mengubah prosedur yang biasa terjadi dalam alam”.[15] Definisi alternatif yang lebih ringkas menyatakan, “karunia mujizat adalah seseorang yang diberikemampuan khusus untuk dipakai Allah dalam melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib”.[16]
Pertanyaan penting ialah, “apakah karunia mujizat masih berlaku untuk masa sekarang ini?” Kevin J. Conner menyatakan, “sebagaimana mujizat merupakan saksi atas kemurnian pelayanan dan legalitas khotbah dalam zaman Alkitab, begitu juga mujizat pada masa kini yang timbul dari iman yang didasarkan pada Alkitab merupakan kesaksian atas kemurnian dan validitasnya”.[17] Pernyataan Conner tersebut jelas mendukung pandangan bahwa mujizat masih terjadi dan berlangsung sekarang ini.
MENANGGAPI KRITIK DAN KEBERATAN TERHADAP KARUNIA MUJIZAT MASA INI
Kita tahu bahwa para skeptis menyangkali mujizat. Mereka tidak mempercayai mujizat dapat terjadi. Selain skeptiksesme, yang termasuk dalam pandangan ini antara lain, agnostisme, empirisme, naturalisme, rasionalisme, materialisme dan liberalisme. Dipihak lain, Sessasionisme percaya bahwa mujizat hanya berlaku bagi orang-orang yang hidup pada zaman Alkitab ditulis. Pandangan ini percaya mujizat-mujizat yang tertulis di Alkitab. Pandangan ini berpegang pada kepercayaan bahwa Allah masih tetap bekerja di dunia ini dengan cara yang supranatural tetapi tidak memberikan kuasa kepada manusia untuk melakukan mujizat. Dengan kata lain, Allah telah berhenti melakukan mujizat melalui manusia. Hal ini dihubungkan khususnya dengan rampungnya penulisan firman Tuhan (Alkitab).
Beberapa keberatan yang diajukan tentang mujizat dan karunia mujizat masa kini antara lain sebagai berikut: (1) tujuan mujizat-mujizat adalah untuk membuktikan keaslian Perjanjian Baru, dan karena Kitab Suci sudah selesai (rampung) maka mujizat sudah tidak diperlukan lagi; (2) Mujizat membuktikan tanda kerasulan. Karena para rasul sudah tidak ada, maka mujizat juga sudah berhenti seiring meninggalnya para rasul; (3) Mujizat-mujizat tidak menjamin seseorang menerima Injil dan bertobat; (4) Diakhir zaman ini banyak nabi palsu dan penyesat akan muncul dan mengadakan banyak mujizat; (5) mujizat masa kini tidak berhubungan dengan pemberitaan Injil.[18]
1. Mujizat Hanya Untuk Membuktikan Tanda Kerasulan.
Karena para rasul sudah tidak ada, maka mujizat juga sudah berhenti seiring meninggalnya para rasul. Pernyataan Rasul Paulus dalam 2 Korintus 12:12, “Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa (sémeiois te kai terasin kai dunamesin)”, telah dipahami secara kurang tepat sehingga menghasilkan penolakan terhadap mujizat saat ini. Berdasarkan ayat tersebut beberapa orang telah berpendapat bahwa Rasul Paulus mengatakan mujizat-mujizat bertujuan untuk membuktikan jabatan kerasulannya. Jadi “tanda dari seorang rasul yang sejati adalah mujizat”. Karena mujizat-mujizat itu digunakan untuk membuktikan keunikan otoritas para rasul, itu berarti kita seharusnya tidak mengharapkan tanda seperti itu terjadi sekarang ini.
Tanggapan: (1) Kata “tanda-tanda” atau “semeiois” dalam ayat ini tidak harus berarti “mujizat”, tetapi lebih luas lagi, yaitu termasuk sifat-sifat kehidupan Paulus dan hasil-hasil pelayanannya. Dengan kata lain sifat kehidupan dan pelayan Paulus disertai dengan mujizat-mujizat, atau mujizat-mujizat hanya merupakan satu dari banyak tanda dari pelayanan dan kehidupan Paulus; (2) Perjanjian Baru tidak pernah mengatakan bahwa mujizat-mujizat membuktikan bahwa seseorang adalah rasul Kristus, sebab banyak orang yang bukan rasul juga mengadakan mujizat, misalnya: Stefanus (Kisah Para Rasul 6:8); Filipus (Kisah Para Rasul 8:6,7), Ananias (Kisah Para Rasul (9:17,18; 22:13), Jemaat Galatia (Galatia 3:5), dan orang-orang yang berkarunia mujizat (1 Korintus 12:28); (3) Dalam teks ini rasul Paulus tidak memberitahu kepada jemaat Korintus bagaimana membedakan seorang rasul dari orang Kristen yang lainnya, tetapi ia hanya menambah mujizat sebagai satu faktor lagi dari kerasulannya (Bandingkan 1 Korintus 9:1-2; 15:7-11; Galatia 1:1, 11-24), yang membedakannya dengan rasul-rasul palsu (1 Korintus 12:13). Jadi, mereka yang menggunakan ayat 1 Korintus 12:12 untuk menentang mujizat-mujizat sekarang ini telah gagal memahami konteks ayat ini. Karena bertentangan dengan tujuan ayat tersebut.
2. Mujizat Tidak Berkaitan dengan Injil
Pernyataan ini berhubungan dengan kesalahan memahami pernyataan rasul Paulus 1 Korintus 1:22-23, “Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”. Berdasarkan ayat ini beberapa orang telah mengajarkan bahwa Paulus memperingatkan agar orang Kristen jangan berusaha mencari tanda-tanda atau pun mujizat-mujizat, melainkan orang Kristen harus memberitakan Injil Yesus Kristus saja.
Tanggapan: (1) Dalam konteks ayat tersebut, Paulus tidak sedang menyangkali keabsahan tanda-tanda dan hikmat, tetapi ia menegaskan bahwa tanda-tanda dan hikmat itu tidak menyelamatkan, karena hanya Injil saja yang menyelamatkan. Tanda-tanda yang dicari orang Yahudi dan hikmat yang dicari orang Yunani bukanlah tanda-tanda dan hikmat Kristus melainkan hanya tanda-tanda untuk menghibur atau untuk mengobarkan permusuhan dan skeptisisme mereka; dan hikmat yang adalah hikmat dunia bukan hikmat Allah. (2) Jelaslah Paulus dalam ayat ini tidak menyangkali tanda-tanda, mujizat, hikmat dan kuasa Allah, sebab dibagian lainnya Paulus mengakui bahwa ia mengadakan tanda-tanda mujizat yang berhubungan dengan pemberitaan Injil seperti yang ditertulis dalam Roma 15:18-19 “Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan, oleh kuasa tanda-tanda dan mujizat-mujizat (en dunamei sémeión kai teratón) dan oleh kuasa Roh (en dunamei Pneumatos). Demikianlah dalam perjalanan keliling dari Yerusalem sampai ke Ilirikum aku telah memberitakan sepenuhnya (Peplérókenai) Injil Kristus (to euaggelion tou christou)”. Integritas rasul Paulus diakui, dan pernyataannya tidak kontras dalam kedua ayat dan kesempatan yang berbeda tersebut (1 Korintus 1:22-23 bandingkan dengan Roma 15:18-19). Jadi, mengajarkan orang Kristen supaya jangan berusaha mencari tanda-tanda maupun mujizat-mujizat, melainkan orang Kristen harus memberitakan Injil Yesus Kristus saja berdasarkan 1 Korintus 1:22-23, adalah tafsiran yang tidak tepat, dan tafsiran ini justru melanggar prinsip hermeneutika “Alkitab menafsirkan dirinya sendiri”.[19]
3. Mujizat Bukan dari Tuhan
Salah satu bagian Alkitab yang sering digunakan oleh mereka yang menolak mujizat sekarang ini adalah Matius 7:22-23 yang menyatakan, “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” Berdasarkan ayat ini mudah sekali bagi penganut sessasionisme menyimpulkan bahwa semua mujizat, kesembuhan tanda-tanda ajaib sekarang ini bukan dari Tuhan. Benarkah demikian?
Tanggapan: (1) Konteks Matius 7:22-23 ini tidak boleh dilepaskan dari ayat-ayat sebelumnya khususnya ayat 15 dimana Kristus sedang berbicara tentang kewaspadaan terhadap “nabi-nabi palsu” yang berusaha mengelabui orang-orang percaya dengan cara penyamaran atau pemalsuan. “Pemalsuan adalah upaya untuk menyerupai yang asli tetapi tidak memiliki mutu atau kualitas seperti aslinya”. Kata lain untuk “palsu” adalah “tiruan atau imitasi”; (2) Orang-orang yang “bernubuat, mengusir setan, dan mengadakan banyak mujizat” dalam ayat tersebut bukanlah orang percaya yang lahir baru (diselamatkan) hal itu nyata dalam pernyataan Kristus “Aku tidak pernah mengenal kamu!”. Mereka adalah “nabi-nabi palsu” yang “pembuat kejahatan” yang melawan “kehendak Tuhan”. Berbeda dengan orang percaya yang dikenal oleh Kristus “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku” (Yohanes 10:27); (3) Frase “banyak orang” dalam ayat 22 berarti “bukanlah semua orang”. Dengan demikian orang-orang yang melakukan mujizat, penyembuhan dan bernubuat yang berasal dari Tuhan, sesuai dengan kehendak Tuhan bukanlah termasuk kelompok orang yang ditolak tersebut. Iblis selalu berusaha meniru dan memalsukan karya-karya Tuhan untuk menarik perhatian orang-orang Kristen. Tetapi, orang Kristen sejati tidak akan mudah tertipu karena mereka mengenal Kristus (Yohanes 10:27). Dengan mengenali yang asli orang Kristen akan terhindar dari penipuan; (4) Nabi-nabi palsu ini dapat dikenali oleh orang percaya dari “buahnya”. Kristus mengatakan “dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Matius 7:17). Yang dimaksud dengan buah disini bukanlah hasil pekerjaan berupa kemampuan untuk “bernubuat, mengusir setan dan penyembuhan”, melainkan kemurnian “ajaran, motivasi, dan karakter hidup” (2 Petrus 2:1-22) yang sesuai dengan kehendak Tuhan (Matius 7:21). Jadi, ayat ini tidak dimaksudkan untuk menyatakan semua “nubuat, mujizat, kesembuhan” itu palsu, melainkan peringatan kepada orang Kristen untuk mewaspai “kepalsuan”.
4. Mujizat dan Mesias Palsu
Selanjutnya sessanionisme juga menggunakan Markus 13:22, “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dengan maksud, sekiranya mungkin, menyesatkan orang-orang pilihan”. Berdasarkan ayat ini penganut sessasionisme mengajarkan bahwa Kristus telah memperingatkan orang Kristen bahwa pada akhir zaman, para mesias dan nabi palsu akan mengadakan mujizat-mujizat, dan mujizat tersebut begitu menyesatkan sehingga “sekiranya mungkin menyesatkan orang-orang pilihan”. Karena itu, mengikuti orang-orang (atau gereja-gereja) yang mengadakan mujizat sekarang ini berbahaya dan harus dihindari supaya tidak tersesat karena mengikuti nabi palsu. Logika yang digunakan seperti ini: “Mesias-mesias palsu mengadakan mujizat; mujizat terjadi di gereja K (inisial); karena itu, gereja K sesat”.
Tanggapan: (1) Kita perlu mengetahui bahwa Perjanjian Baru tidak mengajarkan penalaran cacat (logical fallacy) seperti itu; (2) Konteks Markus 13:22 tidak dikatakan bahwa para mesias palsu dan nabi palsu itu begitu ahlinya sehingga orang Kristen sejati tidak bisa mengenalinya; (3) dalam konteks ayat itu juga tidak dikatakan bahwa orang-orang pilihan akan tersesat, melainkan dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa para mesias dan nabi palsu itu akan berusaha untuk menyesatkan orang pilihan, tetapi tidak dikatakan bahwa orang pilihan akan tersesat atau mengikuti mereka. Frase Yunani “pros to apoplanan, ei dunaton, tous eklektous, dalam ayat tersebut secara harafiah berarti “dengan maksud, sekiranya mungkin, menyesatkan orang-orang pilihan”. Sebaliknya, Yesus memberikan cara untuk menguji nabi-nabi palsu, yaitu “dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Matius 7:16). Orang Kristen sejati tidak akan mudah tertipu karena mereka mengenal Kristus (Yohanes 10:27); tetapi mereka mengenal penyesatan dari buahnya, yaitu kemurnian ajaran dan karakter hidupnya (2 Petrus 2:1-22). Kita tidak perlu ragu-ragu terhadap orang Kristen (atau gereja) yang mengajarkan doktrin yang murni, memuliakan Tuhan Yesus Kristus, memasyurkan Injil, memajukan pekerjaan Allah, dan memberikan dampak yang baik kepada banyak orang. Dari buahnya kita tahu bahwa hal seperti ini tidak menyesatkan. Doktrin yang benar dan buah-buah kebaikan bukanlah ciri agama palsu.
Ringkasnya, bahwa mujizat terjadi pada zaman Alkitab dan masih berlangsung sampai sekarang. Allah dalam kedaulatanNya dan digerakkan oleh belas kasihNya melakukan mujizat, memberikan karunia dan kuasa kepada orang percaya untuk melakukan mujizat yang berkaitan dengan pemberitaan Injil dan kesaksian bahwa Kristus adalah Anak Allah. Inilah pandangan yang paling konsisten dengan ajaran Alkitab. Dan saya akan mengakhiri pasal ini dengan memberikan gambaran pandangan tentang mujizat sebagaimana digambarkan oleh Bruce Wilkinson dengan cara yang unik dan menarik dalam bukunya yang berjudul You Were Born For This, seperti berikut ini.
“Berkaitan dengan mujizat, kebanyakan orang yang saya kenal melihat dunia dibagi menjadi dua. Wilayah disebelah kiri, kita sebut Negeri Tanda-tanda dan Mujizat. Di negeri ini, berbagai mujizat menakjubkan tampaknya sering terjadi, walaupun hanya untuk beberapa orang pilihan. Dunia seperti ini paling banyak tampak di televisi, di beberapa gereja yang tidak biasa, dan diberbagai tempat yang jauh. Namun, Tanda-tanda dan Mujizat adalah tempat yang nyata. Di negeri ini, orang buta dapat melihat lagi, dan orang lumpuh membuang tongkat penyangganya, lalu berlari-lari seperti anak sekolah.
Disebelah kanan adalah Negeri Perbuatan Baik. Tidak seorangpun menunjukkan sesuatu disini. Untungnya, tempat ini penuh dengan orang baik yang saling mengawasi, melakukan pekerjaan baik, dan tentu saja Allah senang dengan itu. Hal yang menarik di Negeri Perbuatan Baik adalah banyak orang yang percaya kepada mujizat dan menghabiskan banyak waktu untuk mempelajarinya. Hanya saja, mereka tidak sungguh-sungguh berharap melihat mujizat, apalagi menjadi bagian dari hidup mereka secara tetap. Ketika mereka memuji Allah untuk suatu mujizat, mereka bersyukur atas hal-hal yang sudah terjadi pada zaman dulu. Negeri Perbuatan Baik tidak mempesona seperti Negeri tanda-tanda dan Mujizat. Namun, segala sesuatu lebih terkendali disana dan lebih dapat diperkirakan. Kerugian besar apa yang dialami di Negeri Perbuatan Baik? Allah jarang menyatakan diri dalam cara-cara yang supernatural. Mengapa Dia melakukannya? Karena tidak seorang pun mengharapkan mujizat. Disamping itu, segala sesuatu berjalan dengan baik. Setidaknya demikianlah tampaknya.
Di negeri mana anda paling sering berada? Sebagian besar orang tinggal di Negeri Perbuatan Baik. Walaupun sebagian akan mengatakan bahwa mereka sudah mengalami mujizat pribadi yang sangat berarti pada masa lalu -pada waktu kebangunan rohani atau pada masa krisis- mereka percaya pengalaman seperti itu jarang terjadi. Hal yang lebih penting lagi, mereka percaya bahwa kita tidak dapat melakukan apa pun supaya terjadi mujizat. Jadi, tidak ada gunanya keluar rumah hari ini untuk mengharapkan satu mujizat terjadi.
Saya ingin anda menyadari bahwa bila anda hidup di salah satu negeri yang saya gambarkan, anda akan mengabaikan wilayah yang paling menjanjikan dari semuanya. Lihatlah, di antara pesona Negeri Tanda-tanda dan Mujizat dan kewajiban Negeri Perbuatan Baik, ada tanah yang luas dan menjanjikan… kita menyebut tanah yang berada di tengah ini sebagai Wilayah Mujizat Setiap Hari. Disini, orang percaya bahwa Allah ingin campur tangan dalam urusan manusia -dan melakukannya- dengan cara supernatural secara tetap. Disini, kebutuhan yang tidak terpenuhi dipandang oleh orang biasa sebagai kesempatan emas bagi Allah untuk menyatakan diri, dan melakukannya melalui diri mereka hampir setiap kali. Mereka tidak menunggu kuasa khusus bagi mereka, juga tidak menunggu Allah membelah langit demi mereka. Mereka sudah mengalami mujizat dan sungguh-sungguh percaya bahwa mujizat tersebut terjadi untuk mereka dan orang lain, sama seperti mereka, disini dan disaat ini”.
(Admin, editor: JMart)
Share this post :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Ama HKBP Kernolong - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger